Bagi sebagian guru yang mengajar di pelosok atau pedesaan, tentu akan menemui banyak kendala. Salah satunya adalah lambatnya daya tangkap anak dalam menerima pelajaran. Segala usaha yang dikeluarkan oleh guru, dari membuat bentuk-bentuk gambar, tulisan berwarna, aneka permainan dan aneka kompetensi di bidang akademik, belum membuahkan hasil yang maksimal. Ternyata usut punya usut, di rumah masing-masing kurang mendapat dukungan dari orang tua. Dalam arti si anak bukannya didorong untuk belajar melainkan diperintahkan membantu pekerjaan orang tua. Sehingga kesempatan belajar anak seolah-olah hanya terdapat di sekolah. Kurangnya perhatian dari orang tua akan berdampak pula pada hasil belajar anak.
Selain itu, kunci permasalahan juga terletak pada pemahaman bahasa Indonesia karena kurangnya perbendaharaan kosa kata Bahasa Indonesia. Seringkali bahasa/verbal yang diucapkan guru yangmana menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar, sangat sulit dipahami oleh
sebagian anak. Itu dikarenakan bahasa yang mereka pergunakan sehari-hari
adalah bahasa daerah.Kerap terjadi salah pengertian antara guru dan anak. Maka salah satu upaya yaitu melatih keterampilan dalam membaca suatu bacaan. Semakin dilatih dalam memahami dan menemukan judul, tema, isi dan pokok pikiran suatu bacaan. Dengan demikian diharapkan anak didik akan merasa terbiasa dalam penggunaan bahasa Indonesia. Segalanya butuh proses, tidak sebentar memang, tergantung si anak itu sendiri. Seiring jalannya waktu, berangsur-angsur ada secercah harapan dan diambil kesimpulan bahwa bahasa penyampaian merupakan unsur penting dalam pembelajaran agar anak didik dapat menangkap isi pelajaran dengan mudah. Selain itu dukungan orang tua juga sangat penting untuk memotifasi anak agar dapat meningkatkan prestasi belajar. Jadi mata pelajaran apapun bila disertai bahasa penyampaian yang dapat dipahami anak maka hasil belajar yang maksimal akan dapat tercapai.
No comments:
Post a Comment