8 Mar 2013

Seni Suara Daerah

Kalau bukan kita bangsa Indonesia, siapa lagi...yang akan meneruskan dan mewariskan adat budaya bangsa kita. Malulah kepada orang asing yang sangat mahir menguasai beberapa alat kebudayaan daerah terutama. Untuk itu, pada kurikulum sistem pendidikan dasar, mata pelajaran muatan lokal harus tetap ada dan exis terus serta perlu dikembangkan pengadaan alat peraga supaya pembelajaran dapat lebih mengakar dan mendarahdaging pada setiap siswa. Dan secara tak langsung, semua akan berdampak positif dalam pembentukan karakter bangsa dan kepribadian serta kognitif siswa akan lebih terasah.

Bahwasanya, pendidikan akan berjalan optimal apabila stimulasi otak dapat seimbang, yaitu antara otak kanan dan otak kiri, bukan begitu? Juga harus diimbangi peran serta orang tua dalam ikut mencerdaskan dan mendidik putra-putrinya di rumah agar menjadi insan yang bertaqwa, berbudi luhur, menjunjung tinggi norma-norma susila yang berlaku di Negara kita.


Seni Suara Daerah

Rangkuman:

  1. Laras dalam seni suara daerah berarti suara yang teratur dan enak didengar. Laras gamelan terbagi menjadi dua yaitu slendro dan pelog.
  2. Slendro terdiri 5 nada sehingga disebut sistem nada pentatonik sedangkan pelog yang terdiri dari 7 nada disebut septatonik.
  3. Titi nada adalah wujud ucapan yang disimbolkan dalam angka. Untuk membedakan tinggi rendah nada/suara.
  4. Slendro : 1 2 3 5 6 1 (ji ro lu mo nem ji)
  5. Pelog : 1 2 3 4 5 6 7 1 (ji ro lu pat mo nem pi ji)
  6. Nama alat gamelan bernama saron :
           Teknik menghapal : Sentuh kepala sambil menyebutkan nama panunggul (dibaca: ji/1)
                                            Sentuh leher  sambil menyebutkan nama gulu (dibaca: ro/2)
                                            Sentuh dada  sambil menyebutkan nama dhadha (dibaca: lu/3)
                                            Sentuh perut  sambil menyebutkan nama pelog (dibaca: pat/4)
                                            Lima dibaca mo/5
                                            Nenem dibaca nem/6
                                            Barang dibaca pi/7
  1. Titi laras menurut perkembangannya ada 3:
  • Rante/andha (bulatan) : karena pada jaman nenek moyang kita belum mengenal angka-angka sehingga untuk membedakan suara menggunakan bulatan-bulatan yang disusun.
  • Sariswara  diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara. Berlaku di daerah Yogyakarta. Sudah mengenal angka: 1 2 3 5 6, slendro dan pelog titi larasnya sama perbedannya terletak pada suaranya.
  • Kepatihan diciptakan oleh Ki Wreksadiningrat. Untuk titi larasnya seperti yang sudah dijelaskan di atas. Berlaku di surakarta dan luar wilayah Yogyakarta.
Apabila sudah mempelajari materi di atas, cobalah jawab pertanyaan di-link berikut:






No comments:

Klik Postingan Lainnya:

Ikuti..