24 Apr 2014

TRIK MENGATASI ANAK-ANAK YANG HIPERAKTIF DAN YANG TIDAK MEMPERHATIKAN PELAJARAN

Hallo...Bapak dan Ibu Guru se-tanah air...
Lama sekali tidak menulis, dikarenakan kesibukan yang tiada habis ; operator, guru, ya seniman...maklum cari pendapatan dari sumber lain...;-)

Langsung saja ke topik ya bapak/Ibu...
Sudah menjadi makanan kita sehari-hari bukan...bila dalam mengajar di sd pasti menjumpai paling tidak 2 atau 3 anak yang superr bandel. Di sini saya nggak mungkin menggurui guru melainkan sharing yang selama ini pernah saya jalani.
Pernah saya menjumpai 1 anak kelas IV yang masya'allah bandelnya, setiap hari lebih dari 5 kali dia mengumpat atau berkata kasar, sekarang anaknya kelas VI. Selain itu dia juga gemar menyakiti teman-temannya atau mengganggu pada saat pembelajaran berlangsung. Suatu ketika, saya berhadapan dengan anak-anak, mereka semua memperhatikan, namun begitu saya berpaling untuk menulis di papan tulis, badalaah..! Yang ke sanalah, yang berbincang-bincanglah..pokoknya aduuuh banget deh !! Geemmmmessss!! Tapi sekarang, alhamdulillah, dengan penambahan usianya serta seiring waktu, kedewasaan dan sikapnya sudah mulai sedikit berubah.

Lalu bagaimana caranya..? Simak...


1. Perhatikan Usia Anak
Menurut Teori Perkembangan Kognitif yang dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk  merepresentasikan dunia dan melakukan  konsep yang berdasar pada kenyataan.  Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
  • Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
  • Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
  • Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
  • Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Nah..murid-murid bapak/Ibu tergolong yang mana..?
Tentu yang ketiga, kan...Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun), artinya..
Setiap proses pembelajaran diusahakan si anak langsung menghadapi pembelajaran yang mengajak mereka kepada kenyataan bukan sekedar hapalan, angan-angan atau mencongak..Misalnya: pada saat materi IPA, usahakan si anak merasakan langsung apa yang sedang mereka pelajari. Pernah saya terapkan pada materi Kenampakan Bintang. Saya mencoba untuk memotivasi anak dengan menampilkan program Stellarium. Program ini merupakan simulasi keadaan tata surya kita, dengan demikian anak akan merasa takjub melihat dan membayangkan betapa matahari ukurannya sangat besar dibanding planet-planet lainnya. Otomatis...semua anak akan memperhatikan dan secara tidak sadar materi akan diserap kurang lebih 60%. Lalu alat dan bahan apa saja yang harus dipersiapkan untuk menampilkan Stellarium tadi?
  • Laptop/netbook
  • Proyektor/LCD
  • Software Stellarium
  • Colokan Listrik
  • Skill Guru dalam mengoperasikan, supaya tidak membuang-buang waktu pelajaran.
Kesimpulan: Usahakan ciptakan pembelajaran  semenarik mungkin menggunakan alat peraga atau permainan , karena pada dasarnya anak usia 7-11 tahun sangat menyukai bentuk, warna dan suara serta gerak.

2. Bertutur kata yang halus, berwibawa, namun tegas!
3. Sesekali berilah mereka penghargaan namun bukan berupa uang ya...Mengapa?
Karena secara tidak langsung, kita mengajarkan bahwa segala sesuatu hanya dihargai dengan uang. Lalu apa dong? Kalau saya, saya akan beri hadiah kepada mereka yang berbuat baik, nilai ulangan yang bagus, rajin mengerjakan PR dan sebagainya yaitu dengan bintang yang saya buat dari kertas  emas potongan kecil ukuran 1 Cm x 10 Cm. Saya gulung sedemikian rupa hingga membentuk bintang dengan kelima sinarnya. He..he..he..ternyata tidak semua guru bisa membuatnya. Tapi jangan hilang akal ya..cari ide-ide brilian lagi untuk menhargai setiap perbuatan baik asal buka uang.
4. Beri hukuman bila ada yang melanggar etika, norma dan aturan yang berlaku di sekolah. Misalnya dengan mengurangi jumlah bintang yang sudah dimilikinya apabila dia melakukan tindakan yang kurang baik. Dengan demikian, si anak akan berpikir dan dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan salah.
agak repot ya Bapak/Ibu...
5. Usahakan perbandingan antara penghargaan dan hukuman kira-kira 70:30.
6. Dekati si anak dengan tatapan hangat, belaian, tepukan dan pujian. Anggap mereka seperti anak-anak kita. Biarkan mereka merasa dekat sehingga setiap kita tegur mereka akan mengindahkan..Mulailah dengan memanggil mereka dengan Mas..bila laki-laki dan Mbak bila perempuan.
7. Bersabarlah karena memdidik anak bukan semata-mata untuk mendapat nilai baik namun juga harus diimbangi budi pekerti yang luhur, santun, beraklhak mulia.
8. Berilah contoh yang baik mulai dari penampilan, sikap, tingkah laku, perbuatan dan nama baik anda. Janganlah melakukan tindakan-tindakan amoral karena hanya akan merusak citra guru dan mematahkan sosok tauladan yang harus dianut anak didik kita.
9. Ini yang paling penting! Keiklasan dan ketulusan kita untuk menyayangi anak didik sehingga bukan suatu beban yang berarti. Saya seorang guru honor sekolah yang sudah 9 tahunan lebih berkecimpung di sekolah dasar yang berusaha lain sebagai seorang seniman dengan menjaga tutur kata, etika, sopan santun dengan berhijab dan hanya sedikit yang dapat saya kontribusikan kepada anak-anak dengan menekankan selalu berpikiran positif dan berusaha untuk tekun, ulet, memperbanyak bacaan, mengerjakan latihan-latihan, suka membantu orang tua di rumah, menjauhi tindakan-tindakan yang bersifat negatif dalam lingkungan masyarakat. Karena bagaimanapun perjuangan kita mestimulasi anak bila tidak didukung lingkungan keluarga dan masyarakat, kembali lagi....
Bravo Guru Indonesia!
 

No comments:

Klik Postingan Lainnya:

Ikuti..